Mengenal Ajaran Kejawen Agama Asli Nusantara (Bag. 9)
AJARAN MAKRO KOSMOS LELUHUR NUSANTARA MEMULIAKAN MANUSIA
AJARAN AGAMA IMPOR UNTUK MENGUASAI MANUSIA
® SINKRETISME AJARAN LELUHUR NUSANTARA SEDANG DIFITNAH DAN DIHANCURKAN
Dalam kehidupan sehari - hari para penceramah agama terutama dari agama Islam yang terpapar ajaran radikal mereka menanamkam ketaatan bagi ulama (versi mereka) yang tak hentinya melakukan ujaran kebencian dan menggunakan dalil-dalil untuk menguasai manusia atau jamaahnya mereka satu komando yang tentu bisa diperintah siapa saja yang "bisa saja" membayar mereka karena kenyataannya para ustad dan ulamanya kaya raya bisa punya kendaraan mewah dan jalan jalan ke luar negri. Karena target mereka adalah mendirikan negara khilafah kemudian menyerahkan kedaulatan rakyat kepada negara imperialis atau kapitalis mereka tidak perduli jika Indonesia berantakan yang penting mereka bisa kaya raya , kita bisa lihat dari ceramah seorang Ulama HTI keturunan Tionghoa Felix Siauw yang mengatakan bahwa tak ada dalil Cinta tanah air yang ada dalil khilafah ... Hmmm sebuah pemutar balikan dan terorisme yang didiamkan saja? Saya juga tak mengerti.
Di Indonesia untungnya ada NU yang tetap konsisten mendahulukan logika berpikir dan sinkretisme ajaran Nusantara yang begitu luhur jadi masyarakat malahan semakin tau keluhuran budaya Nusantara dan kejahatan orang - orang yang berusaha menghancurkan budaya dan bangsanya demi keuntungannya sendiri dan golongannya
® KONSEP KETUHANAN LELUHUR NUSANTARA
Berbeda dengan konsep ketuhanan pada agam-agama lain yang menyerahkan segala sesuatu kepada logika mistik dimana semua menjadi ketentuan Tuhan , konsep ketuhanan leluhur Nusantara justru sangat memuliakan manusia, bahwa sebagai ciptaan Tuhan manusia mampu mengatur alam semesta , justru karena keberagaman dan menghargai sesama manusia itulah yang membuat manusia bisa mengatur dan menguasai alam semesta.
®JAGAD CILIK DAN JAGAD GEDE
Ternyata manusia itu merupakan perwujudan kecil dari dunia. Miniatur Alam Semesta adalah manusia ini, karena sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat apa yang juga terdapat di dunia ini, ada gunung, pohon besar, sungai dan samudra. Maka disebutlah jagad cilik, sedangkan alam semesta disebut jagad gede.
Jagad cilik selalu berhubungan dengan jagad gede, kalau terputus hubungannya maka mati maka hubungan itu diwujudkan dalam pernapasan, jagad cilik membutuhkan hawa untuk menghidupkan nyawa sebab nyawa tanpa hawa akan mati.
Pupuh Gambuh
Jembaring samudragung, Tanpa tepi anglangut kadalu, Suprandene makasih gung manungsa iki, Alas jurang kali gunung, Neng raganira wus katon.
Artinya :
Luasnya samudra raya, Tiada bertepi dan sejauh mata memandang, Tetapi masih besar adanya manusia ini, Hutan jurang sungai gunung, Di dalam diri manusia.
(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)
Mengapa manusia digambarkan lebih besar dari jagad raya ini? Karena apa yang terlihat besar dan menakutkan itu sebenarnya dapat masuk kedalam diri manusia sehingga Pakubuwono IV menegaskan dalam baris tembang berikut ini :
Tana prabedanipun, Jagad katon lan jagadireku,
Artinya :
Tiada berbeda, Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu,
(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)
Pada bagian yang disekarkan (disyairkan) Gambuh, artinya dijumbuhkan atau dirujukan dalam tembang itu tentang dunia nyata dan dunia batin, sebagai suatu upaya untuk mendekatkan manusia kepada kenyataan untuk berpikir tentang hidup dan rasa yang paling dalam.
Dengan membuat rujukan-rujukan itu, agar manusia faham benar akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, agar tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk perbuatan yang bukan-bukan, jangan sampai membuat kesalahan dan menghancurkan lingkungan. Karena apa yang terlihat secara nyata sebagai lingkungan hidup terlihat pula dalam batiniah pada dirinya sendiri. Rusaknya lingkungan hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.
Pupuh Gambuh
Yen sira durung surup, Tegese jagad cilik lan agung, Jagad cilik jenenge manungsa iki, Iya batinira iku, Yen jagad gedhe Hyang Manon,
Artinya :
Bila kau belum mengetahui, Arti bawana alit dan bawana ageng Bawana alit namanya manusia ini, Adalah batinmu, Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.
(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)
Dalam baris tembang yang berbentuk Gambuh ini terlihat jelas dan lebih tegas diutarakan tentang arti bawana alit dan ageng, maka jelas pula langkah-langkah yang harus kita bawa untuk menelusuri samudra kehidupan ini. Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai ”Cipta Waskita” yang artinya kewaspadaan batin yang dapat mengetahui apapun yang bakal terjadi. Mengetahui benar dan salah, kharam dan batal serta mengetahui arti hukum dalam kehidupan dan sebagainya.
Setelah kita siap mendalami ilmu mistik terapan maka kesadaran pribadi telah tergugah, sampai memahami arti bawana alit dan bawana agung dan terasalah sesuatu yang bergejolak dalam batin kita. Suatu keharusan yang mendalam di dalam hati, hingga tergerakkan getaran-getaran rasa dari segala penjuru yang menggetarkan iman kita, tiada rasa maka berlinanglah air mata haru. Tergambarkan semua perbuatan yang pernah di lakukan, semua kejahatan dan nista yang diperbuat. ”Mengapa dahulu aku tidak mengetahuimya, kalau kebaikan ada dalam diriku sendiri?” begitulah batin kita akan bertanya.
Semua itu karena ulah si tukang mengadu domba yang menghalang-halangi semuanya itu. Maka setelah semuanya telah disingkirkan, terlihatlah semuanya dengan jelas. Itulah yang dinamakan ”kalau Hyang Manon (matahari) telah membukanya, semua akan menjadi jelas”. Becik ketitik ala ketoro artinya yang baik akan terlihat adapun yang jelek akan terbukti.
Menjadi manusia berbudi luhur, rendah hati dan nasionalis adalah prinsip dasar orang Nusantara , begitu tingginya ajaran leluhur Nusantara, nikmat mana lagi yang kamu dustakan ? Sehingga kamu berani menghina dan merendahkan ajaran leluhurmu bahkan berusaha mengganti budayamu dengan budaya asing .
Salam Kedaulatan Rakyat,
Rahayu!
Ki. Tito Gatsu
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.